Diperkosa Saat Liburan

Info88seks - Nama saya Cindy, saya adalah seorang karyaYenny di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, usia saya 27 tahun, teman teman saya bilang saya cantik, memang kulit saya putih dengan tubuh yang sintal dan buah dada yang lumayan besar, rambut lurus panjang sebahu dan saya mempunyai darah belanda, tapi saya tidak peduli dengan kecantikan yang saya punyai, karena saya lahir dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai nilai agama, makanya sampai saat ini saya belum pernah sekalipun berhubungan badan dengan siapapun, termasuk dengan pacar saya sendiri, saya mempunyai 2 orang sahabat yang sangat setia.Yang pertama, Medy, dia yang paling muda di antara kita, umurnya baru 20 tahun, asalnya dari manado. Perangainya agak tomboy, dia cantik walaupun kulitnya agak sedikit gelap tapi dia mempunyai tubuh yang lumayan sexy.

Sahabatku yang ke dua, Fitri, Manado tulen juga, umurnya sekitar 22 tahun, dia yang paling cantik di antara kita bertiga, kulitnya putih dan bersih wajahnya imut dan kekanak kanakan. Tapi dia sangat benci kalau dianggap masih anak anak, makanya dia memotong rambutnya sampai sebatas leher, supaya wajahnya terlihat lebih dewasa, tapi, dengan rambut pendeknya itu, leher jenjangnya malah terlihat dengan jelas, menurutku dia lebih terlihat menarik dengan rambut panjangnya. Tubuhnya sangat sexy dengan tinggi sekitar 168 dan berat 55 kg, tangannya putih mulus dan di tumbuhi dengan bulu bulu halus, kakinya panjang dan jenjang, apalagi jika dia sedang mengenakan pakaian yang minim dan rok pendek, dia selalu membuat banyak cowok melirik dengan penuh nafsu ke arahnya, walaupun payudaranya agak sedikit kecil, tapi dia memang yang paling cantik di antara kita bertiga.

Singkat cerita kami bertiga berencana berlibur ke luar kota untuk melepas stress di kota karena selalu berkutat dengan kesibukan kami masing-masing, kami berencana untuk menikmati suasana pantai di Anyer, dengan pertimbangan kami tidak perlu repot-repot menyewa villa di anyer, karena Fitri mempunyai villa di sana dan kebetulan Tantenya juga akan berlibur ke sana bersama dengan saudara suaminya.

Berangkatlah kami pada hari yang telah kami tetapkan bersama dengan menumpang opel blazer ku, tiga jam kami menempuh perjalanan Jakarta-Anyer, setelah lelah di perjalanan akhirnya sampailah kami di villa milik Fitri yang Fitri sendiri hampir lupa tempatnya, rupanya Tante Leni, Tantenya Fitri bersama saudaranya sudah menunggu kedatangan kami.

Tante Leni saat itu sedang menggunakan pakaian santai, dengan atasan kaos oblong di padu dengan rok pantai yang belahannya sampai sebatas paha. Kulit Tante Leni sangat putih dan mulus sama seperti Aku dan Fitri, hanya saja postur tubuh Tante Leni lebih tinggi, wajahnya sangat cantik, hampir menyamai kecantikan yang di miliki Fitri.

“Hai, maaf telat habis tadi sempat nyasar” jawabku sekenanya menyambung pembicaraan mereka, setelah ngobrol cukup lama, kami pun mulai membuat acara untuk liburan kami di anyer ini, saya kebagian jatah belanja bahan bahan makanan bersama dengan saudaranya Fitri.

Namanya Yenny, usianya sama dengan Fitri, bertubuh sintal dan padat, tapi menurutku lebih cocok kalau di katakan montok. Kulitnya kuning langsat dan wajahnya manis dengan rambut lurus sebatas bahu, sekilas aku melirik ke arah dadanya, payudaranya terhitung besar untuk seusia dia mungkin sekitar 36 b, sedikit lebih besar dari buah dadaku.

Setelah berbagi tugas dan berganti pakaian aku dan Yenny berangkat ke pasar terdekat untuk belanja barang-barang yang diperlukan dan semuanya harus lengkap karena saya tidak mau bolak balik ke pasar hanya karena ada barang yang kelupaan di beli. Saat itu saya hanya mengenakan pakaian santai berupa rok biru sebatas paha dan kaos blong tipis, Yenny malah tampil lebih berani dengan hanya memakai rok tipis pendek dengan t’shirt u can see merah. Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian seperti itu.

Waktu sudah menunjukan pukul lima saat tiba-tiba opel blazer yang ku kemudikan oleng dan hampir menabrak pembatas jalan, untungnya aku sigap menginjak pedal rem dan dengan perlahan kupinggirkan mobilku ke tepi jalan.

“Kenapa Kak” seru Yenny agak panik.


Aku bergegas turun dari mobil, ternyata ban depan sebelah kiri kukempes, aku sempat panik karena aku bingung bagaimana caranya mengganti ban itu dengan hanya mengandalkan tenaga dua orang perempuan. Pada saat itu tiba-tiba muncul dua orang laki-laki, menawarkan bantuan untuk mengganti ban mobilku. Aku tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran dua orang itu karena hari sudah menjelang sore. Selesai ban mobilku di ganti oleh mereka aku mengucapkan terima kasih seraya berjalan ke arah pintu depan mobilku untuk mengambil uang sebagai tanda terima kasih, saat tiba-tiba aku merasakan ada tangan kasar yang memeluk tubuhku dan membekap mulutku, aku kaget dan berusaha berontak tapi kurasakan tubuhku tiba-tiba lemas dan mataku berkunang kunang. Akhirnya aku tak sadarkan diri.

Aku kaget bukan kepalang saat aku siuman dengan mata yang masih berkunang kunang kulihat puting buah dadaku sebelah kiri sedang di isap dengan buas oleh salah satu orang yang menolongku tadi sementara buah dadaku yang sebelah kanan pun tak luput dari remasan tangannya. Posisiku terlentang dengan kedua tangan di ikat di ujung sebuah ranjang, kaos oblong tipisku entah di mana, bra ku sudah melorot sebatas perut saat orang itu menyingkapkan rok pendekku dan berusaha menarik celana dalamku.

“Jangan!!.. Lepaskan.. Jahanam kamu.!!. Lepaskan..” teriakku sambil meronta dan menangis sejadi jadinya.

“Diam kamu, gua cuma mau mencicipi kamu aja.. jangan cerewet.. kalau tidak gua bunuh loe…” bentak orang itu sambil tetap berusaha menarik lepas celana dalamku. Brett.. Celana dalamku berhasil direnggutnya dengan paksa. Kini kewanitaanku yang selama ini selalu kurawat sudah terbuka lebar. Aku merasakan tangan pemuda itu menjamah kewanitaanku yang berbulu cukup lebat itu dengan penuh nafsu.

Kemudian orang itu membuka kedua kakiku yang putih mulus dan jenjang yang aku katupkan sebagai pertahanan terakhir dan mulai mengarahkan batang penisnya ke lubang kemaluanku.

“Jangan pak.. Saya mohon, saya masih perawan.. Tolong lepaskan saya..” teriaku putus asa.

“Aahh?Ohhh?Agk? Jangann.. Sakitt.. Lepaskan.. Jahanamm!” Aku berteriak panik sambil kulejang-lejangkan kakiku, tapi itu malah membuat penisnya semakin menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku yang belum pernah di sentuh oleh laki-laki manapun.

Dreet.. Dreet kurasakan selaput daraku robek saat orang itu menyodokkan kemaluannya hingga amblas seluruhnya.

“Sakitt.. Lepaskan” desahku sambil kulempar kepalaku ke kiri dan ke kanan menahan sakit dan perih yang tak terkira yang melanda sekujur tubuhku.

“Sakitt.. Tolong.. Hentikann..” jeritku meratap, tapi orang itu sepertinya tidak peduli dengan jeritan dan tangisanku.

Dia tetap memperkosaku, memompa vaginaku dengan ganas sambil tangannya memegangi tanganku dan mulutnya tak henti hentinya menjilati buah dadaku saat tiba-tiba dia berhenti dan melenguh keras, aku sadar dia akan orgasme di dalam liang vaginaku.

“Jangan.. Jangan.. Di dalam!!” teriakku panik, dia memelukku sekuat-kuatnya saat kurasakan cairan spermanya memenuhi liang rahimku. Hari itu aku diperkosa. Hilanglah sudah kegadisanku yang selama ini selalu kujaga. Saat itu aku merasa sangat marah, malu dan terhina.

“Ah..” aku mendesah pelan saat pemerkosaku itu mencabut penisnya dan pergi meninggalkanku begitu saja, aku mencoba bangkit dan berdiri walaupun rasa sakit dan ngilu masih terasa di sekitar selangkanganku, aku lihat bercak putih bercampur merah darah perawanku di sekitar kemaluanku.

Aku mencoba bangkit walaupun rasa sakit masih mendera seluruh badanku setelah barusan diperkosa dan dengan terhuyung huyung berjalan menuju pintu yang rupanya tidak terkunci, aku mencoba mengintip ke arah luar dan rupanya kedua orang itu sedang sibuk menggarap Yenny.

“Gila Ton cewek yang tadi masih perawan lho, sempit banget vaginanya, yang ini gimana?” tanya orang yang tadi memperkosaku.

“Masih perawan juga Fan, nih darah perawannya” jawab orang yang di panggil Fan itu sambil mencabut batang penisnya dari kemaluan Yenny lalu mencelupkan jarinya dan menunjukkan jarinya yang berbercak darah.

“Tapi cewek ini belum sadar dari pingsannya nih Fan” sungut orang yang di panggil Ton.

“Sudah pompa aja terus, ntar juga sadar” kata si Fan.

Sambil tangannya menggerayangi payudara Yenny yang besar dan padat. Kulihat Yenny diperkosa dengan posisi terlentang, pakaiannya masih lengkap hanya celana dalamnya saja yang menjuntai di kaki kirinya, kaosnya tersingkap ke atas dan branya di tarik ke atas hingga payudaranya mencuat dari bawah branya. Tubuhnya terguncang guncang, karena si Jonni memompanya dengan sangat kasar.

Tiba-tiba Yenny melenguh pelan dan membuka matanya, mungkin dia sudah mulai sadar dari pingsannya dan pasti dia akan sangat kaget karena saat ini dia sedang diperkosa, tapi aku juga tidak mampu menolongnya, aku hanya menontonnya saja dari balik pintu tanpa bisa berbuat apa apa.

“Ohh.. Ssakitt.. Jangann.. Lepaskan saya.” rintih Yenny sambil berusaha berontak dari dekapan si Juli, tapi terlambat kegadisannya sudah melayang.

Tiba-tiba kulihat si Jonni mendengus keras dan mempercepat pompaanya di vagina Yenny. Si Jonni mencengkeram tubuh Yenny dengan keras dan menusukan batang penisnya dalam dalam ke lubang vagina Yenny.

“Saakkitt..” Yenny menjerit keras saat si Jonni memuntahkan seluruh cairan spermanya ke dalam liang vagina Yenny, kulihat cairan putih kental bercampur darah berlelehan di selangkangan Yenny saat si Jonni mencabut batang penisnya.

Sore itu si Ton dan si Jonni memperkosa kami secara bergantian, sampai aku dan Yenny kembali pingsan karena tidak tahan di gagahi oleh kedua orang itu secara terus menerus.

Saat aku siuman rupanya aku sudah berada di jok belakang mobilku sendiri dengan kedua tangan terikat ke belakang, tapi untungnya aku sudah memakai pakaianku kembali, entah siapa yang mengenakannya di tubuhku, kulihat ke samping Yenny masih pingsan dengan tangan juga terikat kebelakang.

“Mau dibawa ke mana kami” tanyaku memberanikan diri.

“Mau ke villa elu, mau perkosa teman lu, tadi gua denger suaranya di HP lu, dari suaranya kayaknya teman lu lumayan juga” jawab si Ton sambil tertawa di ikuti oleh tawa si Jonni.

Aku langsung bergidik mendengar jawabannya, rupanya mereka tahu alamat villa kami yang memang kuletakkan di atas dasbor mobilku. Waktu sudah menjelang tengah malam saat kami tiba di depan pintu villa saat Tante Leni menghampiri mobil kami.

“Lu sergap dia Jon” kata si Toni sambil mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke arahku.

Aku tidak bisa berbuat apa apa selain hanya bisa duduk dan diam. Benar juga saat Tante Leni sampai ke pintu samping mobilku, si Jonni langsung keluar dan dengan sigap mendekap tubuh Tante Leni dari belakang, sementara satu tangannya langsung membekap mulut Tante Leni, mungkin karena kaget Tante Leni tidak sempat berteriak. ” Urhhgg.. Ss” hanya itu yang keluar dari mulut Tante Leni saat si Jonni mendekap dan menelikungnya lalu mendorong Tante Leni ke arah pintu pagar vila kami.

“Jangan Macem macem lu, diem di sini kalau nggak gua bunuh lu” ancam si Ton sambil menodongkan pistolnya ke arahku.

Aku hanya bisa mengangguk sambil ketakutan mendengar ancamannya itu, lagipula seluruh tubuhku terasa sangat lemas dan selangkanganku pun masih sangat nyeri dan ngilu akibat perkosaan yang aku alami tadi, sehingga aku tidak mungkin melarikan diri dengan keadaan tubuhku yang demikian, apalagi kedua tanganku pun masih terikat.

Lalu si Ton ke luar dan membantu si Jonni menangani Tante Leni, kulihat si Ton mengikat ke dua tangan Tante Leni ke terali pintu pagar villa, sementara si Jonni menempelkan lakban di mulut Tante Leni sambil ke dua kakinya berusaha merenggangkan kaki Tante Leni dari belakang.

Saat itu kulihat dari kaca belakang mobilku, Tante Leni masih berusaha keras meronta dan melawan sekuat tenaganya, sampai akhirnya Tante Leni lemas kehabisan tenaga. Bret.. Bret.. si Jonni merobek bagian belakang rok pantai Tante Leni sehingga paha dan pantat Tante Leni yang putih mulus terlihat jelas. Lalu si Jonni memelorotkan celana dalam Tante Leni sampai sebatas lutut dan mulai memainkan jarinya di kemaluan Tante Leni yang berbulu cukup lebat, sementara si Ton sibuk menciumi leher jenjang Tante Leni sambil tangannya meremas remas buah dada Tante Leni yang menyembul di antara kaos bagian atasnya yang sudah robek besar.

Tiba-tiba tubuh Tante Leni tersentak, kepalanya terdongak ke atas dan mimik mukanya menunjukan kesakitan yang luar biasa, rupanya si Jonni sudah mulai mencobloskan batang penisnya ke dalam vagina Tante Leni. Tubuh Tante Leni terguncang hebat saat si Jonni mulai memompa penisnya ke luar masuk, bibir kemaluan Tante Leni sampai melesak masuk saat si Jonni menghujamkan kemaluannya, amblas ke dalam liang vagina Tante Leni, pasti sangat sakit rasanya, sama seperti rasa sakit yang kurasakan saat aku diperkosa tadi pikirku. Kulihat lelehan air mata di pipi Tante Leni, wajahnya menyiratkan kemarahan yang luar biasa, sepertinya Tante Leni sangat tidak rela menerima kenyataan kalau tubuhnya saat itu sedang di garap oleh orang yang bukan suaminya.

“Hh.. Oughh..” tiba-tiba si Jonni mendengus dengan keras, sepertinya dia sudah akan berejakulasi di dalam liang vagina Tante Leni.

“Jangann..” jerit Tante Leni lirih, sambil berusaha menarik tubuhnya ke arah depan. Tapi si Jonni malah menarik sisa sisa rok pantai Tante Leni yang masih melingkari pinggulnya ke arah belakang, sehingga membuat pinggul Tante Leni yang putih mulus itu juga ikut tertarik ke belakang, otomatis batang penis si Jonni malah makin terbenam di liang vaginanya

“Tidakk..!!” jerit Tante Leni saat si Jonni  menyemburkan cairan spermanya ke dalam liang vagina Tante Leni, Tante Leni pasti sangat terhina karena diperlakukan seperti itu oleh si Jonni.

Tapi itu belum berakhir karena sedetik kemudian si Ton langsung menghujamkan batang kemaluannya di dalam vagina Tante Leni, yang membuat tubuh Tante Leni kembali terguncang guncang karena diperkosa oleh si Ton, aku kembali panik saat si Jonni menghampiriku, membuka pintu mobil dan menarikku keluar, sekilas kulihat Yenny masih tergolek pingsan saat si Jonni berusaha mendekapku dengan kasar.

“Jangann.. Jangan perkosa saya lagi, saya sudah tidak kuatt. Lepaskan saya” seruku, saat si Jonni menjambak rambutku dan menyeretku memasuki villa.

“Siapa yang mau perkosa lu, sekarang lu tunjukin dimana teman-teman lu yang lain” teriak si Jonni, sambil melepaskan tali yang mengikat kedua tanganku.

Aku agak lega mendengarnya sebab paling tidak aku tidak akan diperkosa lagi. Dengan rambut dijambak dan punggungku ditodong pistol, terpaksa aku menuruti kemauannya, dengan selangkangan yang masih ngilu dan sakit, aku berjalan menuju kamar yang ku tahu itu kamar pribadi Fitri, dengan perlahan kubuka pintu kamar itu yang rupanya tidak di kunci oleh Fitri, kamarnya masih terang benderang dan kulihat Fitri sedang tidur di ranjangnya dengan posisi terlentang, kakinya yang jenjang terjuntai ke bawah, rok pendek coklat yang di kenakannya tadi siang masih menempel di tubuhnya dan agak sedikit tersingkap sampai sebatas pangkal paha kirinya, memperlihatkan sebagian kaki dan pahanya yang putih mulus.

Sementara kemeja putih yang di kenakan Fitri juga tersingkap di sedikit di bagian atasnya, karena 2 kancing atasnya terbuka, sehingga buah dada Fitri yang tertutup bra hitam itu tampak sedikit terlihat, mengintip dari balik kemeja putihnya, apalagi dengan posisi tidur Fitri yang terlentang seperti itu, dengan ke dua tangannya yang membuka ke arah samping, semakin membuat payudaranya terlihat membusung ke atas.

Kasihan Fitri, mungkin dia kelelahan karena menunggu aku dan Yenny sehingga dia ketiduran dan lupa berganti pakaian serta mematikan lampu pikirku. Aku menoleh ke belakang dan kulihat si Jonni tak berkedip melihat kemolekan tubuh Fitri yang sangat menantang itu, beberapa kali dia menelan ludahnya sendiri.

Gawatt..!! sepertinya pemerkosa ini kembali terangsang, pikirku. Kasihan Fitri kalau dia harus mengalami perkosaan seperti yang aku alami, gumanku dalam hati. Dan parahnya lagi Fitri tidak tahu kalau sebentar lagi kejadian yang mengerikan akan menimpa dirinya.. Aku harus berbuat sesuatu..!! pikirku sambil berusaha memberanikan diri.

“Lu harus bantuin gua menyetubuhi teman lu itu kalau nggak awas..” Bisik si Jonni pelan tapi dengan nada mengancam.

“Jangann..!!.. Jangan perkosa dia.. Dia masih terlalu kecil.. Lebih baik lu garap aja lagi gua.. Sepuas lu..!!” seruku berusaha menghalangi niatnya, walaupun sebenarnya aku juga tidak rela di setubuhi dan di garap lagi oleh si Jonni.

“Elu mau mampus..!!” bentak si Jonni sambil mengacungkan pistolnya ke arah kepalaku..

“Kalau lu nggak bantuin gua.. Gua ledakin kepala lu..!!” sambung si Jonni dengan nada geram, tubuhku lemas saat kurasakan ujung laras pistol si Jonni menempel di keningku, akhirnya aku hanya bisa mengangguk lemah dan menuruti semua kemauannya, tanpa bisa melakukan perlawanan.

Lalu si Jonni beranjak pelan mendekati Fitri yang masih tertidur dengan lelap, sejenak si Jonni memandangi kemolekan dan kemulusan tubuh Fitri yang menantang, menyapukan pandangannya yang penuh nafsu mulai dari wajah Fitri yang cantik, lehernya yang jenjang, buah dadanya, pahanya, sampai ke kaki Fitri yang kecil dan indah. Aku merasa jijik melihat cara si Jonni memandangi tubuh Fitri dengan pandangan yang begitu mesum.

Fitri masih belum bangun dari tidurnya saat si Jonni berlutut di antara ke dua kaki Fitri, lalu dengan pelan dan lembut si Jonni mulai merenggangkan ke dua belah kaki Fitri setelah sebelumnya menyingkapkan bagian depan rok coklat yang di kenakan Fitri ke arah atas, sehingga pahanya yang putih mulus terlihat dengan jelas, si Jonni makin melotot saat melihat vagina Fitri yang di tumbuhi bulu bulu halus tampak membayang dari balik celana dalam hitam dan tipis yang menempel di selangkangan Fitri, lalu si Jonni mengangkat kaki kanan Fitri dan meletakkanya di atas pundaknya sendiri.

Sekarang posisi kepala si Jonni sudah berada di antara kedua paha Fitri, lalu dengan tak sabar si Jonni mulai menciumi dan menjilati paha Fitri yang putih mulus itu, sambil tangannya berusaha menyibakkan celana dalam hitam Fitri ke arah pinggir sehingga vagina Fitri yang di tumbuhi bulu bulu halus terlihat dengan jelas, sementara tangan si Jonni yang satunya sudah mulai membuka bibir kemaluan Fitri memperlihatkan liang vaginanya yang kemerahan dan perawan, sekarang mulutnya sudah berada di bagian luar bibir vagina Fitri, lidahnya menjilati liang vagina Fitri dengan bernafsunya.

“Aahh..” Fitri mendesah tapi belum sadar dari tidurnya, tapi tiba-tiba Fitri tersentak dan langsung tersadar saat si Jonni mulai memasukkan jarinya ke dalam vagina Fitri.

“Siiapaa kamu.. Lepaskan saya.. Toloonng..!!” jerit Fitri kaget dan ketakutan sambil mencoba beringsut berusaha menjauhkan tubuhnya dari si pemerkosa, saat itu juga si Jonni dengan sigap berdiri dan langsung memeluk tubuh Fitri dengan erat, sambil tangan yang satunya lagi tetap mengerjai vagina Fitri.

“Kamu sini pegangin tangannya..!!” Bentak si Jonni kepadaku.

Karena ketakutan kupatuhi saja perintah si Jonni, lagipula memang tidak ada kesempatan buat menolong Fitri. Aku duduk di atas ranjang, kuletakkan kepala Fitri di atas pangkuannya dan aku pegang ke dua tangan Fitri dengan kuat.

“Jangan kak Cindy.. Tolonng..!!” jerit Fitri putus asa, sementara si Jonni makin buas menggerayangi tubuh Fitri, sekarang dia menciumi leher jenjang Fitri yang putih mulus, membetot kemeja putih yang di kenakan Fitri dengan kasar sehingga kancingnya lepas semua, lalu si Jonni menjilati buah dada Fitri yang masih tertutup bra. Dan tiba-tiba si Jonni menarik lepas bra yang di kenakan Fitri sehingga buah dadanya menyembul keluar.

“Toketnya nggak sebesar punya lu, tapi kenceng banget” seru si Jonni kepadaku, aku hanya diam saja. Tidak tega melihat Fitri diperlakukan seperti itu, sementara si Jonni mulai mengulum payudara Fitri dengan buasnya, sementara tangan yang satunya memilin milin putingnya yang kemerahan, sambil lidahnya terus menjilatinya dengan penuh nafsu.

“Jangann.. Ouhh.. Lepasskann..” jerit Fitri dengan suara parau, sambil terus berusaha berontak.

Tiba-tiba si Jonni berdiri, membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang penisnya yang hitam dan besar.

“Sekarang gua jejelin vagina lu dengan ini..!! Dan lu harus tetep pegangin dia..” Bentak si Jonni ke arahku.

Karena ketakutan aku malah makin mempererat peganganku ke kedua tangan Fitri yang masih berusaha berontak ingin melepaskan diri.

“Jangann.. Lepaskan saya..” teriak Fitri panik sambil mengatupkan kedua kakinya yang jenjang itu sekuat kuatnya, tanpa pikir panjang si Jonni langsung berdiri di antara kedua kaki Fitri yang menjuntai ke bawah, memegangnya dan berusaha merenggangkan kedua kaki mulus Fitri yang terus melejang lejang.

?Ahh?Ohh?Tidak?Jangan?.!?

Akhirnya si Jonni berhasil merenggangkan ke dua kaki Fitri dan memposisikan tubuhnya di antara kedua pangkal paha Fitri, sambil sebelah tangannya kembali menyibakkan celana dalam Fitri ke arah pinggir, sekarang selangkangangan Fitri terbuka lebar, siap untuk di tembus batang kemaluan si Jonni yang besar, dan memang sekarang si Jonni sudah menempelkan kemaluannya di bibir vagina Fitri.

“Jangann.. Tolonng.. Jangan di masukinn.. Kak Cindy.. Tolong Fitri kak..!!” jerit Fitri histeris sambil berusaha menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan, berusaha mengelakan vaginanya dari batang penis si Jonni, tapi usahanya sia sia, karena ujung kemaluan si Jonni sudah berada di bibir vaginanya dan siap menerobos masuk. Fitri menjerit, menangis dan meronta sejadi jadinya.

“Gila sempit banget nih cewek” guman si Jonni sambil terus mendorong batang penisnya dengan perlahan meleYenny sela-sela celana dalam Fitri.

Seperempat sudah penis si Jonni masuk ke dalam vagina Fitri, rontaan Fitri semakin kencang, mulutnya megap megap seperti orang kehabisan nafas, saat si Jonni mulai mendorongkan lagi batang penisnya, tapi rontaan Fitri malah makin membenamkan batang penis si Jonni ke dalam liang vaginanya yang kering kerontang itu. Tiba-tiba Fitri berhenti meronta, badannya melenting, dadanya terangkat ke atas dan kepalanya mendongak sedangkan mulutnya membentuk huruf O, menahan sakit yang luar biasa, saat batang penis si Jonni sudah masuk setengahnya, rupanya batang penis si Jonni sudah mengenai selaput dara Fitri.

“Sakitt.. Jangann.. Tolong kak Cindy.. Sshh.. Jangan teruskan..” jerit Fitri.

Melihat itu si Jonni bukannya menghentikan sodokannya malah langsung menghujamkan batang penisnya sekuat kuatnya, dengan satu kali sodokan, amblaslah seluruh kemaluan si Jonni ke dalam liang vagina Fitri, sekaligus menjebol keperawanan Fitri. Dret.. Dret kurasakan getaran terenggutnya keperawanan Fitri saat itu.

“Sakitt.. Keluarkan itu dari sana.. Tolong kak Cindy.” jerit Fitri kesakitan.

Mendengar jerit tangis Fitri si Jonni malah semakin bernafsu dan mulai memompa liang vagina Fitri yang masih sempit itu dengan kasar, sehingga Fitri makin kesakitan, tubuhnya terguncang guncang maju mundur dan buah dadanya ikut bergetar akibat pompaan si Jonni yang ganas.

Terus terang aku mulai terangsang saat si Jonni mulai memompa batang penisnya maju mundur di dalam vagina Fitri yang masih sangat sempit itu, tanpa sadar kulepaskan sebelah tanganku yang memegang tangan Fitri dan mulai memainkan jariku di vaginaku sendiri.

“Sshh.. Buka paha mu.. Biar nggak terlalu sakit” bisikku setengah mendesah sambil kubelai rambutnya, Fitri tidak menjawab hanya terengah engah sambil melemparkan kepalanya ke kiri dan ke kanan menahan sakit yang luar biasa, sementara si Jonni terus menyodokan batang penisnya dan memompa vagina Fitri sambil satu tangannya terus meremas remas buah dada Fitri.

Tiba-tiba si Jonni menghentikan pompaannya dan membenamkan batang penisnya dalam dalam ke liang vagina Fitri, lalu tangannya memegang dan mengangkat kedua kaki jenjang Fitri dan memposisikannya di atas pundak kiri kanannya, dengan posisi ini penis si Jonni bisa masuk seluruhnya ke dalam kemaluan Fitri, kemudian pantatnya mulai maju mundur lagi di antara selangkangan Fitri sambil sesekali mencabut dan memasukkan kembali batang penisnya sehingga bibir vagina Fitri tampak melesak dan tertarik mengikuti irama pompaan batang penis si Jonni yang membuat Fitri makin menjerit jerit kesakitan, tapi jeritan Fitri tampaknya malah membuat si Jonni makin bersemangat menggagahi tubuh mulus Fitri, akupun juga semakin cepat mempermainkan jariku di vaginaku sendiri sampai akhirnya aku merasakan seluruh tubuhku menegang.

“Oohh.. Sshh..” aku telah mencapai orgasme saat tiba-tiba si Jonni menyodokan penisnya dengan sangat keras tiga kali berturut turut dan seluruh tubuhnya menegang dengan hebat sambil tangannya mencengkeram buah dada Fitri dengan kuat, rupanya si Jonni sudah akan berejakulasi.

“Ahh.. Sakit..!!” Fitri kembali menjerit kesakitan.

“Jangan.. Jangan dikeluarin di dalam.. Nanti dia hamil..” teriakku sambil berusaha menarik tubuh Fitri ke atas, berharap supaya batang penis si Jonni terlepas dari lubang vagina Fitri dan spermanya tidak sampai masuk ke dalam liang rahimnya, gerakanku yang tiba-tiba itu membuat batang penis si Jonni tertarik setengah keluar dari vagina Fitri.

Merasa batang penisnya akan terlepas dari liang vagina Fitri, si Jonni buru-buru mencekal rok coklat yang masih melilit di pinggang Fitri dan menariknya ke arah tubuhnya, sehingga pinggul Fitri juga ikut tertarik ke belakang, lalu si Jonni kembali menyodokan batang kemaluannya beberapa kali dan menghujamkannya ke dalam liang kemaluan Fitri sehingga kini batang penisnya terbenam seluruhnya di dalam vagina Fitri, tiba-tiba si Jonni mengejang beberapa kali dan menyemburkan spermanya ke dalam liang vagina Fitri, lalu menghentakkan pantatnya sekali lagi sehingga seluruh spermanya keluar membanjiri liang rahim Fitri.

“Tidakk..!!” lolongan Fitri memenuhi seluruh ruang kamarnya.

Si Jonni masih sempat menyodokkan batang penisnya beberapa kali sebelum akhirnya mencabut kemaluannya dari vagina Fitri, tampak cairan sperma si Jonni berlelehan di antara liang vagina dan selangkangan Fitri, bercampur dengan darah perawan, lalu si Jonni beranjak keluar kamar, meninggalkan kami begitu saja sambil tertawa puas.

Sementara Fitri masih terlentang di atas tempat tidurnya dengan pakaian yang terbuka dan acak acakan, matanya nanar menatap kosong ke arah langit langit kamarnya, sepertinya dia sangat syok, tak menyangka kalau kegadisannya telah dibobol oleh orang yang tak di kenal, kemejanya kusut dan berantakan, branya entah terlempar ke mana, rok coklatnya masih tersingkap sebatas perut. Hanya celana dalamnya yang masih menempel di selangkangannya, itupun posisinya agak tersingkap ke samping dengan noda sperma dan darah perawan yang menempel di sekitar celana dalam hitam dan bibir vaginanya. Fitri sepertinya sudah tidak lagi mempedulikan keadaan dirinya, dia hanya bisa menangis sesenggukan menyesali nasibnya yang tragis hari itu.

Aku lalu beranjak turun dari ranjang dan berjalan ke pintu, mencoba melihat, apakah kami bisa melarikan diri dari villa ini, tapi pemandangan di ruang tamu makin membuatku putus asa. Aku lihat Tante Leni dan Yenny di ikat ke dua tangannya dan di dudukan di salah satu sofa yang ada di ruang tamu, sementara si Ton sedang sibuk menggagahi Yenny dengan posisi si Ton duduk dan memangku tubuh Yenny yang sintal sambil kedua tangannya memegang pinggul Yenny dari belakang, tampak batang penis si Ton keluar masuk menerobos vagina Yenny yang saat itu masih menggunakan rok dan kemejanya, hanya saja roknya sudah terangkat sebatas perut dan kemeja bagian atasnya sudah terbuka sehingga salah satu buah dadanya tampak menyembul ke luar dari sela sela branya, tapi tampaknya Yenny sangat menikmati perkosaan tersebut.

Yenny tidak berontak sedikitpun bahkan, malah Yenny yang aktif menaik turunkan pantatnya, mulutnya mendesah desah tak karuan sambil tangannya menjambak dan meremas-remas rambutnya sendiri, tiba-tiba si Ton menggeram dan menurunkan pinggul Yenny sehingga membenamkan seluruh batang kemaluannya di dalam vagina Yenny, sementara Yenny makin giat memutar-mutarkan pantatnya di atas pangkuan si Ton, tampaknya mereka telah mencapai orgasme. Tampak sperma si Ton berlelehan di antara bibir vagina Yenny dan batang penis si Ton yang masih terbenam di kemaluannya.

Malam itu Aku, Yenny, Tante Leni dan si Cantik Fitri kembali diperkosa dan digagahi secara bergiliran oleh mereka. Aku merasakan vaginaku sempat diterobos oleh batang penis si Jonni, sementara kulihat Fitri juga sedang di kerjai oleh si Ton dengan posisi menungging tepat di samping si Jonni yang sedang menggagahi aku, sampai akhirnya aku pingsan karena kelelahan, entah sudah berapa kali kami diperkosa oleh mereka malam itu.

Esok paginya kami pulang ke Jakarta dengan rasa sakit di seluruh tubuh dan kenangan yang mengerikan yang membuat kami kehilangan keFitrian dan kehormatan sebagai seorang wanita.. Andai hari itu kami tidak liburan..!!

Posting Komentar

Copyright © Info88seks. Designed by OddThemes